Memahami Emosi

21 April 2014 19:57

Emosi adalah faktor penggerak hidup. Setiap tindakan yang dilakukan secara sadar atau tidak sadar selalu didorong oleh emosi tertentu. Gerakan (motion) dan emosi (emotion) keduanya berasal dari bahasa Latin “movere” yang artinya bergerak (to move).

Bertahun lalu saya pernah mendengar YM Sri Paññavaro Mahathera berkata, “Batin manusia terdiri atas pikiran, perasaan, ingatan, dan kesadaran. Dari keempat komponen ini yang menjadi provokator adalah perasaan.”

Pendapat Beliau ini senantiasa saya ingat. Sekarang, sebagai orang yang mendalami teknologi pikiran dan khususnya hipnoterapis klinis, saya sampai pada simpulan yang sama. Semua tindakan seseorang, apapun itu, selalu didasari oleh satu atau beberapa emosi spesifik.   

Namun saya tidak berhenti hanya di sini. Cukup lama saya mengamati, memelajari, dan penasaran dengan emosi. Dalam konteks klinis, yang selalu membuat saya penasaran adalah mengapa emosi positif (misal: senang, bahagia, gembira) sulit dipertahankan, walau kita sangat ingin merasakan atau mengalaminya selama mungkin, sedangkan emosi negatif (misal: sedih, terluka, sakit hati, kecewa, marah, takut, cemas,) begitu sulit dilepas, walau kita telah berusaha melepaskannya? Apa yang menyebabkan hal ini?

Emosi positif usai kita alami secara otomatis mereda dan hilang. Sebaliknya emosi negatif, begitu muncul dan kita rasakan, biasanya bertahan cukup lama. Dan masih bisa muncul lagi bila terpicu oleh stimulus yang mirip dengan yang memunculkannya sebelumnya.

Sebagian besar pakar setuju dengan keberadaan emosi dasar, yang sangat kuat, yang menjadi sumber dari emosi-emosi lainnya. Walau belum berhasil dicapai konsensus mengenai emosi primer namun secara umum pembahasan mengenai emosi dasar selalu meliputi empat emosi berikut: takut, bahagia, sedih, dan marah.

Pemikir besar Rene Descartes menyebut ada enam emosi dasar yaitu cinta, benci, kagum, hasrat, bahagia, dan sedih. Sementara filsuf Jerman Immanuel Kant mengatakan ada lima emosi dasar: cinta, harapan, rendah hati, bahagia dan sedih. Dalam bukunya yang terbit tahun 1890, Principles of Psychology, William James, bapak psikologi Amerika, menyederhanakan emosi dasar menjadi empat: cinta, takut, sedih, dan marah. Setiap emosi, menurut James, adalah kombinasi dari keempat emosi dasar ini.

Banyak penulis dan terapis mendefinisikan emosi sebagai baik atau buruk, positif atau negatif. Ini kurang tepat. Setiap emosi sifatnya normal dan merupakan bentuk komunikasi dari pikiran bawah sadar ke pikiran sadar. Setiap emosi mengandung pesan spesifik yang perlu dimengerti. Demi memudahkan pembahasan di artikel ini saya menggunakan “label” positif untuk emosi yang membuat kita merasa nyaman dan negatif untuk emosi yang membuat kita tidak nyaman.

Orang sering rancu antara ungkapan (expression) dan mengalami (experience) emosi. Mengalami emosi adalah apa yang dirasakan seseorang di dalam tubuhnya. Sementara ungkapan emosi adalah apa yang dilakukan seseorang karena mengalami emosi. Mengalami emosi melibatkan sensasi di dalam diri sedangkan ungkapan emosi melibatkan tindakan ke luar diri.

Ungkapan emosi meliputi gerakan, terjadi di bagian luar tubuh, dan menghasilkan sensasi fisik. Mengalami emosi melibatkan perasaan yang bisa dirasakan di tubuh fisik pada wilayah tertentu, yang berpusat pada torso (batang tubuh yang terdiri atas dada, punggung, dan perut) dan tidak melibatkan gerakan tubuh.

Emosi jarang muncul sendiri, mereka tidak berdiri sendiri, tapi berinteraksi dengan emosi lainnya. Umumnya beberapa emosi muncul dan pudar bersamaan. Dan yang lebih sering terjadi adalah satu emosi muncul terlebih dahulu lalu memicu emosi lainnya sambil emosi pertama ini memudar atau hilang.

Yang paling sering dijumpai atau dialami yaitu emosi takut, sedih, dan malu memicu marah. Ini terjadi karena emosi takut, sedih, dan malu sifatnya menyakitkan. Untuk menghindari rasa sakit akibat emosi-emosi ini pikiran bawah sadar mengaktifkan emosi lain yaitu marah yang sifatnya ekspansif dan menguatkan individu. Marah membuat kita lupa pada emosi yang menyakitkan.

Ada emosi yang sifatnya ekspansif, mendorong kita bergerak ke arah luar diri, berinteraksi dengan lingkungan, sedangkan lainnya bersifat kontraktif, menyebabkan kita menarik diri dari lingkungan.

Emosi yang sifatnya ekspansif antara lain bahagia, cinta, marah, percaya diri. Sedangkan emosi yang sifatnya kontraktif antara lain sedih, malu, rasa dikhianati, kesepian, dan takut. Emosi kontraktif juga mengkontraksi organ dan kelenjar di wilayah tubuh di mana emosi dirasakan.

Kontraksi yang disebabkan oleh emosi mencengkeram jaringan organ, menghambat aliran darah dan nutrisi, dan menghambat organ untuk berfungsi normal dan optimal. Kontraksi ini akan terus berlangsung selama emosi yang menyakitkan ini masih ada. Saat emosi ini hilang, kontraksi secara otomatis berhenti, dan organ kembali berfungsi normal.

Fritz Perls, bapak Gestalt, mengatakan bahwa emosi memiliki usia hidup yang meliputi satu kelahiran dan satu kematian, satu awal dan satu akhir. Emosi-emosi yang tidak terselesaikan akan tetap tinggal dan hidup di dalam diri kita, terus mengganggu hidup kita hingga mereka dialami secara penuh, menyeluruh, terpakai habis, dan selesai.

Di dalam diri kita tinggal dan hidup berbagai emosi tak terselesaikan (emosi negatif) yang berasal dari semua trauma yang pernah kita alami. Kita tidak lagi menyadari keberadaan mereka yang telah terbenam jauh di kedalaman pikiran bawah sadar, tetapi mereka tetap ada dan aktif memengaruhi setiap pikiran, ucapan, dan tindakan kita. Emosi ini terus hidup dan aktif walau kejadian yang menjadi pemicu munculnya emosi ini telah berakhir.

Emosi yang menyakitkan hanya bisa hilang bila ia dialami sepenuhnya, selengkapnya, hingga tuntas oleh individu. Cara lain adalah dengan memberikan pemaknaan baru pada kejadian awal yang menyebabkan munculnya emosi ini. Kendalanya adalah walau emosi awal telah berhasil dinetralisir, dengan pemaknaan ulang, ternyata masih ada kejadian lain dalam rangkaian peristiwa kehidupan seseorang yang mengandung emosi sejenis dan sifatnya memperkuat emosi sebelumnya. Ini juga perlu dinetralisir untuk dicapai hasil optimal dalam upaya mengatasi atau menghilangkan emosi yang mengganggu.

Semua emosi adalah baik, karena berfungsi untuk memberikan informasi, arah, dan motivasi yang akan membantu kita menciptakan suatu kehidupan yang bahagia. Emosi dihasilkan oleh pikiran bawah sadar dan merupakan dorongan untuk bertindak, sistem penuntun atau peringatan dini alamiah, dan adalah salah satu bentuk komunikasi dengan pikiran sadar.

Emosi atau yang umum disebut perasaan adalah bahasa pikiran bawah sadar yang sangat positif dan mengandung pesan atau makna spesifik dengan pemenuhan kebutuhan yang juga spesifik. Ketidakmengertian atau ketidaktahuan ini yang sering mengakibatkan seseorang mengalami kondisi tidak nyaman atau menderita saat mengalami emosi "negatif" tertentu. 

Emosi yang sering dialami seseorang adalah marah, rasa bersalah, takut, frustrasi, kecewa, sedih, kesepian, rasa tidak mampu, rasa bosan, dan stres. Bila dicermati, setiap emosi ini mengandung makna spesifik sebabai berikut:

- Marah = merasa diperlakukan tidak adil.

- Rasa bersalah = merasa telah memperlakukan orang lain tidak adil.

- Takut = sesuatu yang buruk akan terjadi (antisipasi).

- Frustrasi = apa yang telah dilakukan tidak memberikan hasil seperti yang diinginkan, perlu cara lain.

- Kecewa = apa yang diinginkan tidak bisa terwujud.

- Sedih = kehilangan sesuatu yang berharga.

- Kesepian = butuh interaksi / relasi bermakna.

- Rasa tidak mampu = ada yang salah dengan diri sendiri.

- Rasa bosan = kurang tantangan. 

- Stres = terlalu banyak hal yang ingin dilakukan dalam satu saat.

Bila Descartes menyatakan "I think therefore I am" (Cogito ergo sum) yang artinya “Aku berpikir maka aku ada”. Bagaimana bila saya mengusulkan “I feel therefore I am alive” atau “Saya punya perasaan maka saya hidup”.

_PRINT   _SENDTOFRIEND

Upcoming Events
Counter
Online2
Hari ini119
Sepanjang masa34.479.754
1 Facebook
2 Youtube
3 Instagram
4 Quantum Morphic Field Relaxation
5 Asosiasi Hipnoterapi Klinis Indonesia
6 The Heart Technique