Skala Hipnosis

28 April 2016 23:24

Diskusi tentang hipnosis dan produksi efek sugesti minimal membahas tiga hal terpisah maupun bersama: respon individu terhadap sugesti dalam kondisi hipnosis, “kedalaman” atau “derajad” hipnosis, dan kapasitas hipnosis.

Semakin dalam subjek masuk ke kondisi hipnosis diyakini semakin baik efek sugesti yang dihasilkan karena ia menjadi semakin sugestif. Saat hipnotis/hipnoterapis melakukan induksi, membimbing subjek masuk ke kondisi hipnosis, sering terdengar kalimat, “……masuk lebih dalam… lebih rileks… semakin dalam…”

Penggunaan kata “lebih dalam” sebenarnya kurang tepat. Subjek tidak masuk lebih dalam. Yang terjadi adalah subjek menjadi semakin responsif terhadap sugesti yang disampaikan oleh hipnotis/hipnoterapis. Dan ini tentu berhubungan dengan kesediaan dan partisipasi subjek dalam proses yang ia jalani. Subjek dikatakan tidak sugestif sejatinya adalah subjek yang belum terlatih untuk (lebih) responsif. Kemampuan respon dapat dilatih dan dikembangkan.  

Dalam dunia hipnosis dikenal “suggestibility", "susceptibility", dan "hypnotizability". Ketiganya menjelaskan hal yang sama yaitu kemampuan individu mengalami kondisi hipnosis atau hypnotic trance, biasanya dengan cara self-hypnosis atau dengan bantuan orang lain sebagai operator.

Untuk mengukur tingkat kemudahan individu mengalami kondisi hipnosis para pakar telah mengembangkan banyak skala.

Liébeault (1866, 1889) mungkin adalah yang pertama mengemukakan tentang skala hipnosis, yang kala itu disebut dengan “magnetic scale”. Selanjutnya Bernheim (1884) juga mempublikasi skala hipnosis yang adalah modifikasi dari skala Liébeault. Skala Bernheim terdiri atas sembilan kelompok fenomena yang bisa timbul dalam diri subjek akibat sugesti verbal dan nonverbal.

White (1930) mengembangkan skala yang dikenal dengan White Scale menggunakan skor kuantitatif dari sugesti spesifik yang disusun mulai dari sugesti yang sifatnya mudah hingga yang sulit.

Davis dan Husband (1931) mengembangkan skala yang terdiri atas lima kategori dengan total tiga puluh poin/angka, mulai satu sampai tiga puluh.Masing-masing angka mewakili uji dan respon sugesti spesifik.

Friedlander dan Sarbin (1938) menulis tentang “kedalaman hipnosis” yang secara konteks sama dengan yang dikemukakan oleh Davis dan Husband (1931).

LeCron dan Bordeaux (1947) menyusun skala hipnosis yang terdiri atas tujuh kategori dengan total lima puluh poin.

Weitzenhoffer dan Hilgard (1959, 1962, 1963, 1967) memodifikasi skala Firedlander dan Sarbin (1938) dan mencipta tiga skala baru yang dikenal dengan Stanford Scales of Hypnotic Susceptibility, Forms A and B, Stanford Scales of Hypnotic Susceptibility, Form C, dan Stanford Profile Scales of Hypnotic Susceptibility. Masing-masing skala lebih sering disebut sebagai SSHA:A,B, SSHS:C, dan SPSHS:I,II.

Standford Scales dan skala turunannya juga dapat diberlakukan pada banyak individu (kelompok) secara bersamaan. Skala yang paling terkenal untuk ini adalah Harvard Group Scales of Hypnotic Susceptibility, Forms A dan B (Shor dan Orne, 1962), dan lebih dikenal dengan HGSHS:A,B. Masih ada skala lain, untuk kelompok, namun jarang dikenal yaitu Waterloo-Stanford Group C (WSGC) Scale of Hypnotic Susceptibility (Bowers, 1993/1998).

Beberapa skala yang memodel atau turunan dari Standford Scales antara lain London’s Childre’s Hypnotic Susceptibility Scale, CHSS (London, 1963; Cooper dan London, 1978,1979).

Menjawab penolakan para klinisi untuk menggunakan Stanford Scales karena butuh waktu lama untuk aplikasi pada klien, Universitas Stanford kemudian mengembangkan tiga skala lagi yaitu the Stanford Clinical Scale for Adults (Morgan dan Hilgard, 1978,1979), the Stanford Clinical Scale for Children (Morgan dan Hilgard, 1978,1979), dan the Stanford Hypnotic Arm Levitation Induction and Test (SHALT) (Hilgard, Crawford, dan Wert, 1979).

Harry Aron (1969) mengembangkan skala yang terdiri atas enam kategori kedalaman dan dikenal dengan Aron’s Depth Scale.

Selain skala di atas juga terdapat skala yaitu Barber Suggestibility Scale, BSS, (Barber dan Glass, 1962), dan Barber Creative Imagination Scale, CIS, (Barber dan Wilson, 1978, 1979).

Skala yang bertujuan mengukur pengalaman subjektif hipnotik pertama kali dikemukakan oleh LeCron (1953) dan sering disebut sebagai LeCron Scales atau LeCron Subjective Depth Estimation Scale (LSDES).

Terdapat turunan dari skala LeCron, salah satunya dikembangkan oleh Tart (1972, 1978/1979) dan dikenal dengan Tart Scales.

Skala yang berdasar pada pengalaman klien yang dihipnosis, pertama kali dikembangkan oleh Field (Field, 1965; Field dan Palmer, 1969) dan dikenal dengan Field Inventory yang terdiri atas tiga puluh pertanyaan yang merujuk pada pengalaman subjektif subjek saat dihipnosis. Skala serupa yang lebih baru adalah Pekala’s Phenomonology of Consciousness Inventory, CPI, (Pekala dan Kumar, 1984, 1987; Pekala 1991). Kedua skala ini bertujuan mengukur hal-hal yang diukur oleh Skala Stanford namun dengan cara yang berbeda dan atau lebih baik.

Teknik berbeda dalam pengukuran suseptibilitas subjek diajukan oleh Spiegel (Spiegel 1972; Spiegel dan Spiegel, 1978), dikenal sebagai Hypnotic Induction Profile atau HIP.

Satu hal menarik yang saya peroleh melalui riset literatur yaitu Ernest Rossi (1986), salah satu murid Milton Erickson, juga telah mencoba mengembangkan skala, Indirect Trance Assessment Scale (ITAS), untuk secara tidak langsung menilai kehadiran “trance” hipnotik yang dihasilkan melalui induksi informal. ITAS memberi skor namun tidak jelas skor ini merujuk pada aspek trance yang mana. 

Skala-skala lain yang perlu disebutkan untuk melengkapi berbagai skala yang telah disampaikan di atas antara lain Arizona Motor Scale of Hypnotizability (AMSH) (1994), pertama kali dikembangkan di Universitas Arizona untuk meneliti perbedaan antara sugesti “langsung” dan “tantangan” dalam faktor struktur hipnosis. Skala ini diberi nama demikian karena fokus pada sugesti ideomotor dalam domain hipnosis (Hilgard, 1965; Kihsltrom, 2008).

Eysenck dan Furneaux (1945) mengembangkan Eysenck & Furneaux Scale guna meneliti sugestibilitas primer dan sekunder. Yang termasuk di dalamnya antara lain menutup mata, relaksasi, katalepsi, halusinasi, dan amnesia, dan hanya digunakan untuk penelitian penulisnya sendiri.

Gudjonsson (1984) mengembangkan Gudjonsson Suggestibility Scale (GSS) mengukur sugestibilitas interogatif. Ini berbeda dengan sugestibilitas hipnotik/imajinatif. Sugesbilitas interogatif cenderung tidak berkorelasi dengan sugestibilitas hipnotik.

Satu bentuk tes lain yang unik yang mengukur sugestibilitas sensori dikembangkan oleh Gheorghiou, Polczyk, dan Kappeller (2003) dikenal dengan Warmth Suggestibility Scale (WSS).

Di tahun 2010, setelah memelajari banyak skala yang telah disebutkan di atas, dilengkapi dan diperkaya dengan berbagai data empiris hasil penelitian yang kami lakukan, saya menyusun skala kedalaman hipnosis terdiri atas empat puluh poin lengkap dengan berbagai fenomena hipnotik yang dapat dimunculkan pada setiap kedalaman. Saya menamakan skala ini Adi W. Gunawan Hypnotic Depth Scale dan menjadi acuan para hipnoterapis Adi W. Gunawan Institute of Mind Technology dalam menjalankan praktik hipnoterapi klinis. 

_PRINT   _SENDTOFRIEND

Upcoming Events
Counter
Online7
Hari ini589
Sepanjang masa34.480.224
1 Facebook
2 Youtube
3 Instagram
4 Quantum Morphic Field Relaxation
5 Asosiasi Hipnoterapi Klinis Indonesia
6 The Heart Technique