Hipnoterapis vs Genderuwo

Pengalaman terapi yang akan saya ceritakan kali ini benar-benar seru. Ceritanya begini. Seorang klien wanita, usia 40 tahun, sebut saja sebagai Ani, datang ke saya untuk minta tolong mengatasi masalah emosi dan juga sakit di leher sebelah kiri.

Soal emosi, ini karena relasi Ani dan suaminya tidak berjalan seperti yang diharapkan. Mereka saling mencinta namun tidak saling memahami cara berkomunikasi dengan baik dan benar.

Akibatnya, ada banyak kejadian dan keributan dalam rumah tangga yang sebenarnya tidak perlu terjadi. Semua emosi ini Ani tekan dengan harapan akan hilang dengan sendirinya. Saat Ani benar-benar marah, tapi ia tahan, tangannya sampai bergetar-getar dengan sendirinya. Sementara sakit di leher, menurut Ani, sudah ia rasakan mulai SMA. Ani juga mengalami sakit autoimun sehingga sendi-sendinya sakit.

Proses berikut ini dilakukan dalam kondisi hipnosis dalam dan Ani menutup mata. Untuk urusan emosi dengan suami, proses terapinya cukup alot, karena ada satu Bagian Diri atau Ego Personality (EP), berusia 8 tahun, merasa terluka dan tidak bersedia memaafkan suami Ani. EP ini menyatakan sudah bosan hidup dan mau mati. Sebagai terapis, saya sadar bila ada EP yang menyatakan seperti ini, ini kasus sangat serius, harus diproses tuntas.

Rapport dengan EP ini saya jalin dan pertahankan dengan tetap berlaku sabar, hormat, penuh kasih, menunjukkan empati mendalam atas apa yang EP ini alami dan rasakan. Setelah lima belas menit, akhirnya EP ini melunak dan bersedia saya bantu melepas semua emosi negatifnya terhadap suami Ani. Proses berlangsung alot karena EP masih berusia 8 tahun. Tentu dengan pola pikir, pemahaman, dan kebijaksanaan sesuai usianya.

EP yang fiksasi di usia 8 tahun ini, atas ijinnya, saya bantu tumbuhkan, menggunakan teknik khusus, menjadi EP dewasa agar bisa membantu Ani menjadi kuat dan bahagia menjalani hidup. Ini perlu dilakukan dengan sangat hati-hati menggunakan skrip yang telah disiapkan sebelumnya. Bila sampai salah kata, bisa berakibat sangat buruk bagi EP maupun klien.

Yang sangat menarik dan menantang adalah saat saya membantu Ani mencari akar masalah penyebab sakit di leher sebelah kiri. Menggunakan teknik hipnoanalisis, ada satu EP Ani memberitahu saya bahwa ada banyak yang mengikuti Ani. Menurut EP ini, yang menyebut dirinya sebagai Pelindung, ia berfungsi melindungi Ani dan sudah mengikuti Ani sejak ratusan tahun lalu.

Saya tanya apa maksudnya, Pelindung menjelaskan bahwa di dalam tubuh Ani ada banyak makhluk yang masuk dan menetap. Saya heran, bila fungsinya adalah melindungi Ani, lalu mengapa ia tidak mengeluarkan makhluk-makhluk ini dari tubuh Ani. Pelindung mengatakan bahwa dirinya kalah kuat. Ada satu makhluk yang sangat kuat dan ia tak kuasa menghadapinya.

Tiba-tiba tubuh Ani bergetar hebat, terutama tangan kanannya. Dan dari mulut Ani keluar suara keras diarahkan ke saya, “He… kamu jangan ikut campur urusan ini. Tidak usah ikut campur….”.

Saya tanya, “Anda ini siapa?” Suara ini dengan tegas dan kasar menjawab singkat, “Genderuwo.”

Saat saya minta ijin bicara dengannya, bukannya mengijinkan, ia malah marah besar. Genderuwo, menggunakan tangan dan jari telunjuk Ani, menunjuk muka saya sambil berkata, “Aku tidak takut sama kamu. Aku tidak mau bicara sama kamu. Aku tahu… kamu mau usir aku keluar dari badan Ani. Aku tidak mau keluar. Aku mau tetap tinggal di sini. Kalau aku tidak mau keluar, kamu mau apa?”

Genderuwo ini rupanya sudah siap konfrontasi dengan saya. Ia sama sekali tidak bersedia mendengar apapun yang saya sampaikan. Intinya, ia tidak mau keluar dari tubuh Ani. Ia dan kawan-kawannya masuk ke tubuh Ani karena, menurutnya, tubuh Ani bau harum akibat sering merasa sedih.

Cukup lama saya berusaha melakukan negosiasi, merayu, membujuk, memberi pengertian pada Genderuwo agar ia suka rela keluar dari tubuh Ani. Ia bergeming, tidak mau keluar. Saya menyadari situasi ini tidak baik untuk Ani. Semakin lama Genderuwo ini aktif, energi tubuh Ani akan semakin terkuras dan Ani menjadi semakin lemah. Semakin Ani lemah, semakin kuat Genderuwo menguasai diri Ani.

Setelah semua upaya dilakukan dan tidak berhasil, akhirnya saya memutuskan menggunakan teknik khusus untuk mengatasi situasi seperti ini. Usai saya jalankan teknik ini, pikiran bawah sadar Ani sendiri melakukan pembersihan menyeluruh dan mengeluarkan semua makhluk ini dari tubuhnya. Saya diam, menyaksikan, dan menunggu hampir 10 menit hingga akhirnya PBS menyatakan telah selesai melakukan pembersihan.

Apakah masalah sudah selesai? Belum.

Saya lanjut melakukan hipnoanalisis untuk menemukan akar masalah yang menyebabkan leher Ani sakit. PBS Ani menelusuri garis waktu dan mundur ke masa lalu, ke tiga kejadian berbeda. Pertama, Ani mundur ke usia 5 tahun.

Selanjutnya Ani mundur spontan ke kehidupan lampau, sebagai wanita berusia 70 tahun. Dan yang terakhir, ini adalah akar masalahnya, Ani mundur lagi, spontan, ke kehidupan lampau lainnya, seribu tahun lebih, sebagai wanita muda yang meninggal karena dibunuh suaminya, dibacok dengan parang di leher sebelah kiri. Sebelum dibunuh, Ani sangat ketakutan, tubuhnya gemetar, suaranya juga bergetar.

Penanganan dan penyelesaian kasus seperti ini, meninggal tragis dibunuh di kehidupan lampau, perlu ekstra hati-hati. Saat klien tahu bahwa ini adalah akar masalahnya, kasus ini tidak serta merta selesai dengan sendirinya. Ini baru langkah awal. Dibutuhkan resolusi trauma melalui rekonstruksi kejadian secara terstruktur, menetralisir emosi negatif yang terekam di PBS, pemaknaan ulang, rekonsiliasi dengan pelaku, pembelajaran dan memetik hikmah kejadian. Bila klien hanya tahu kejadiannya tapi tidak diproses, ini sama artinya klien kembali mengalami trauma, dibunuh. Bila ini tidak diproses, saat klien keluar dari kondisi hipnosis, ia telah mengalami mati dibunuh dua kali. Ini sangat berbahaya bagi kondisi mental dan emosi klien.

Setelah tiga kejadian ini diproses tuntas, saya melakukan pengecekan akhir guna memastikan bahwa semuanya telah benar-benar selesai, tidak lagi ada yang tersisa. Tidak terasa, proses terapi ini berlangsung sekitar empat jam.

Apakah benar di dalam tubuh Ani tinggal banyak makhluk? Bagaimana proses makhluk ini sampai bisa masuk ke tubuh Ani? Mengapa Genderuwo ini sangat kuat?

Bagi kami, hipnoterapis AWGI, ini bukan Gederuwo dalam arti sesungguhnya, tapi metafora yang dimunculkan PBS Ani. Gederuwo ini sebenarnya adalah manifestasi dari berbagai emosi negatif intens dalam diri Ani, yang selama ini ditekan, dan mewujud dalam satu EP. Sesuai teori EP yang kami kembangkan, kekuatan EP salah satunya ditentukan oleh intensitas emosi yang ia pegang.

Bagaimana dengan regresi hingga ke kehidupan lampau?

Yang dialami klien saya ini sifatnya spontan, tidak diarahkan. Kami, hipnoterapis AWGI, tidak dalam posisi dan berkepentingan melakukan validasi apakah benar klien mundur ke kehidupan lampau. Kami fokus pada apa yang diungkap oleh PBS klien. Apapun informasi yang terungkap, ini yang kami gunakan sebagai pintu masuk untuk menyelesaikan masalah klien secara tuntas.



Dipublikasikan di https://www.adiwgunawan.com/articles/hipnoterapis-vs-genderuwo pada tanggal 20 Oktober 2017 23:49