Pentingnya Uji Hasil Terapi

Dalam setiap upaya peningkatan kesejahteraan mental, terutama melalui hipnoterapi, seyogyanya hasil terapi bisa langsung dirasakan atau dialami klien, dan terlihat usai terapi dilakukan, tidak perlu menunggu waktu lama, misal satu atau dua minggu kemudian. 

Dalam setiap proses hipnoterapi, menurut pemahaman saya,  terapis wajib melakukan uji hasil terapi melalui dua tahap, untuk semua kasus yang ditangani. 

Tahap pertama dilakukan saat klien masih dalam kondisi hipnosis, saat terapi usai dilakukan, sebelum klien dituntun ke kondisi sadar normal. Tahap uji hasil terapi kedua terjadi saat klien kembali ke lingkungan kehidupannya. 

Teknik terapi yang digunakan bisa berupa pemberian sugesti atau hipnoanalisis. Untuk lebih memperjelas, saya beri contoh kasus. 

Misal, seorang klien datang ke terapis karena masalah trauma. Ia dulu pernah mengalami kejadian yang sangat membekas. Setiap kali ia teringat atau diingatkan kembali kejadian ini, emosinya pasti bergejolak hebat dan ia menjadi sulit kendalikan diri. 

Terapis bisa melakukan salah satu dari dua opsi terapi berikut. Pertama, terapis memberi sugesti agar klien sembuh. Kedua, terapis melakukan hipnoanalisis, mencari dan menemukan, dan memroses tuntas akar masalahnya, dengan harapan klien sembuh. 

Setelah klien diterapi, baik dengan sugesti atau hipnoanalisis, terapis segera melakukan uji hasil terapi. Caranya?

Terapis minta klien mengingat kembali kejadian yang, sebelum terapi dilakukan, membuat emosi klien bergejolak hebat. 

Logikanya, bila memang terapi yang dilakukan efektif, berdampak terapeutik positif, harusnya klien sembuh. Kesembuhan ini ditandai dengan indikator berupa klien saat diminta mengingat kembali kejadian traumatik itu, ia tidak lagi menunjukkan reaksi negatif seperti sebelumnya. Klien tetap tenang, karena kejadian itu tidak lagi berpengaruh pada dirinya. 

Cara uji hasil terapi lainnya, klien ditempatkan di situasi atau kondisi yang sebelumnya memunculkan gejolak emosi negatif intens. Tentunya ini dilakukan di dalam pikiran bawah sadarnya, semacam simulasi. 

Bila hasil terapi efektif, klien tetap tenang dan tidak lagi terpengaruh dengan situasi atau kondisi yang sama atau serupa dengan yang sebelumnya ia alami. 

Sebelum terapi diakhiri, terapis wajib melakukan pemeriksaan akhir untuk memastikan semua bagian diri atau PBS klien mendukung hasil terapi, tidak ada penolakan dalam bentuk apapun. Bila ada penolakan, ini harus dinetralisir saat itu juga, tidak boleh menunggu sesi berikutnya. 

Usai terapi klien pulang ke rumah dan kembali ke lingkungannya. Di sini hasil terapi kembali diuji. Bagaimana sikap dan kondisi klien pascaterapi? Ada perubahan, seperti hasil uji terapi di ruang praktik, ataukah tetap sama seperti sebelum terapi?

Dalam hampir semua kasus, hasil uji terapi di lingkungan kehidupan klien selalu sejalan dengan hasil uji terapi di ruang praktik. Namun untuk beberapa kasus, saat klien kembali ke lingkungannya, masih ada perasaan kurang nyaman. Bila ini yang terjadi, klien perlu lanjut ke sesi berikutnya. 

Apakah sisa perasaan tidak nyaman yang klien alami menandakan terapi tidak efektif? 

Tidak demikian. Ini seturut dengan kerja PBS. Dalam beberapa kondisi, PBS tidak serta merta bersedia mengeluarkan semua emosi yang klien alami dalam satu sesi terapi. PBS mengeluarkan seturut mekanisme dan kehendaknya. Ini di luar kendali klien atau terapis. 

Bisa jadi, simtom yang klien alami memiliki lebih dari satu akar masalah. PBS mengungkap akar masalah menurut waktu yang ia rasa tepat. 



Dipublikasikan di https://www.adiwgunawan.com/articles/pentingnya-uji-hasil-terapi pada tanggal 9 Juli 2022 18:29