Standar AWGI dan Revisi Standar Pelatihan Hipnoterapi Tingkat Dasar ASCH

26 Februari 2023 22:11

Hipnosis adalah kondisi kesadaran melibatkan perhatian terfokus dan berkurangnya kesadaran periferal yang bercirikan peningkatan kapasitas respons terhadap sugesti. Sementara hipnoterapi (atau hipnosis klinis) adalah pemanfaatan hipnosis dalam penanganan masalah medis atau psikologis. Kedua definisi ini ditetapkan APA Divisi 30 tahun 2014 (Elkins dkk, 2015, p.6-7).

Hipnosis, menurut AWGI, adalah kondisi kesadaran bercirikan pikiran sadar rileks, fungsi kritis analitis pikiran sadar menurun, disertai meningkatnya fokus dan konsentrasi, sehingga individu menjadi sangat responsif terhadap pesan atau informasi yang diberikan kepada pikiran bawah sadar. Hipnoterapi adalah terapi, menggunakan teknik atau metode apa saja, yang dilakukan di dalam kondisi hipnosis, untuk mencapai tujuan terapeutik spesifik (Gunawan, 2017).

Di sini sangat jelas bahwa dalam hipnoterapi, hipnosis adalah syarat mutlak yang harus dipenuhi. Tanpa (kondisi) hipnosis, apapun yang dilakukan untuk membantu klien mengatasi masalah medis atau psikologis bukan hipnoterapi. 

Dalam hipnoterapi, klien perlu dituntun, menggunakan teknik induksi sesuai situasi, kondisi, dan kebutuhan, masuk ke kedalaman hipnosis dalam (profound somnambulism) sebelum terapi dilakukan.

Kedalaman ini dibutuhkan agar trance logic pikiran bawah sadar aktif, klien menjadi sangat responsif terhadap pesan atau informasi yang diberikan padanya, dan mampu mengalami berbagai fenomena mental yang sangat dibutuhkan untuk kelancaran dan keberhasilan terapi, seperti hipermnesia, revivifikasi, halusinasi positif atau negatif baik secara visual, auditori, atau kinestetik, dan regresi. 

Menyadari betapa penting kondisi hipnosis sebagai syarat keberhasilan hipnoterapi, di kelas 𝐒𝐜𝐢𝐞𝐧𝐭𝐢𝐟𝐢𝐜 𝐄𝐄𝐆 & 𝐂𝐥𝐢𝐧𝐢𝐜𝐚𝐥 𝐇𝐲𝐩𝐧𝐨𝐭𝐡𝐞𝐫𝐚𝐩𝐲® (SECH) selama tiga hari pertama, dari total sepuluh hari pelatihan tatap muka, peserta didik mendapat penjelasan mendalam tentang teori, cara kerja, sifat, fungsi pikiran bawah sadar, kedalaman hipnosis seturut Adi W. Gunawan Hypnotic Depth Scale, fenomena-fenomena mental, latar belakang dan teknologi di balik Adi W. Gunawan (AWG) Induction, dan praktik induksi secara intensif tersupervisi. 

Selama di kelas, peserta menyaksikan demo praktik induksi, pendalaman, dan tuntunan keluar dari kondisi hipnosis. Setelahnya, dilakukan diskusi dan tanya jawab intens. Baru setelah mereka benar mengerti, masing-masing peserta diberi kesempatan praktik induksi lengkap tersupervisi kepada empat peserta lainnya. 

Selama melakukan praktik induksi, mereka juga belajar mengenali ciri-ciri kondisi hipnosis yang dialami temannya. Ini penting untuk memastikan klien benar telah masuk kondisi hipnosis dalam. 

Setelah tiga hari pelatihan, peserta pulang ke rumah dan mendapat tugas melakukan praktik induksi lengkap kepada minimal 10 (sepuluh) klien. Mereka wajib melaporkan setiap induksi yang dilakukan beserta hasilnya. 

Rata-rata peserta melakukan induksi kepada 10 hingga 20 klien. Bahkan ada yang melakukan kepada 40 klien. Kompetensi yang dibangun melalui praktik induksi sangat penting untuk tahap belajar selanjutnya. 

Bila dihitung waktu belajar dan praktik induksi di kelas, dan praktik induksi secara mandiri kepada 15 klien, setiap peserta telah menginvestasikan waktu minimal 25 jam atau 1.500 menit untuk membangun kompetensi melakukan induksi. 

Ini penting dikemukakan karena standar pendidikan hipnoterapis AWGI mengacu pada dua lembaga hipnoterapi terkemuka dunia, 𝐀𝐦𝐞𝐫𝐢𝐜𝐚𝐧 𝐂𝐨𝐮𝐧𝐜𝐢𝐥 𝐨𝐟 𝐇𝐲𝐩𝐧𝐨𝐭𝐢𝐬𝐭 𝐄𝐱𝐚𝐦𝐢𝐧𝐞𝐫𝐬 (ACHE) dan 𝐓𝐡𝐞 𝐀𝐦𝐞𝐫𝐢𝐜𝐚𝐧 𝐒𝐨𝐜𝐢𝐞𝐭𝐲 𝐨𝐟 𝐂𝐥𝐢𝐧𝐢𝐜𝐚𝐥 𝐇𝐲𝐩𝐧𝐨𝐬𝐢𝐬(ASCH). 

Di tahun 2019, ASCH melakukan revisi standar pelatihan level 1 (dasar) mereka. Dalam revisi terbaru ini ASCH menambah jumlah jam yang didedikasikan khusus untuk pengajaran dan pembelajaran berbasis pengalaman pada praktik induksi, pendalaman kondisi hipnosis, dan tuntunan keluar dari kondisi hipnosis. 

Standar baru ASCH mewajibkan 120 menit belajar teknik-teknik induksi dan menuntun subjek keluar kondisi hipnosis, dan 60 menit untuk mengulas dan demonstrasi aplikasi teknik pendalaman kondisi hipnosis. 

Syarat ini terlihat sangat ringan, namun ini adalah waktu yang dibutuhkan untuk proses belajar tatap muka di kelas. 

Syarat ini masih perlu ditindaklanjuti dengan pembelajaran kelompok, di mana peserta bertemu, berlatih, mengulas dan mengenali karakteristik kondisi hipnosis, dan melakukan praktik induksi dengan total waktu 435 menit. 

Dengan demikian, para calon hipnoterapis mendapat tambahan paparan dan penguatan akan pentingnya penguasan teknik-teknik induksi, pendalaman, dan tuntunan keluar dari kondisi hipnosis. 

Di sini tampak jelas bahwa setiap praktisi hipnoterapi wajib memiliki kompetensi tinggi dalam melakukan induksi hipnotik dengan prosedur yang benar dan efektif.  

Sebelum revisi ini, standar pendidikan hipnoterapi yang digunakan untuk level dasar dan menengah ASCH dijelaskan dalam buku manual berjudul 𝐋𝐞𝐚𝐫𝐧𝐢𝐧𝐠 𝐂𝐥𝐢𝐧𝐢𝐜𝐚𝐥 𝐇𝐲𝐩𝐧𝐨𝐬𝐢𝐬 : 𝐀𝐧 𝐄𝐝𝐮𝐜𝐚𝐭𝐢𝐨𝐧𝐚𝐥 𝐑𝐞𝐬𝐨𝐮𝐫𝐜𝐞𝐬 𝐂𝐨𝐦𝐩𝐞𝐧𝐝𝐢𝐮𝐦 yang ditulis oleh 𝐃. 𝐂𝐨𝐫𝐲𝐝𝐨𝐧 𝐇𝐚𝐦𝐦𝐨𝐧𝐝, 𝐏𝐡.𝐃., diterbitkan oleh 𝐓𝐡𝐞 𝐀𝐦𝐞𝐫𝐢𝐜𝐚𝐧 𝐒𝐨𝐜𝐢𝐞𝐭𝐲 𝐨𝐟 𝐂𝐥𝐢𝐧𝐢𝐜𝐚𝐥 𝐇𝐲𝐩𝐧𝐨𝐬𝐢𝐬. 

Dalam manual ini sangat detil dijelaskan apa yang perlu diajarkan pada level dasar (basic) dan level menengah (intermediate), lengkap dengan alokasi waktu untuk setiap topik bahasan. 

Dengan revisi terbaru ASCH ini tersampaikan pesan bahwa kompetensi melakukan induksi hipnotik, pendalaman, dan tuntunan keluar dari kondisi hipnosis adalah kompetensi penting dan sangat mendasar untuk setiap hipnoterapis. 

Bila mengacu pada standar ASCH terbaru, dalam konteks waktu belajar dan praktik untuk membangun kompetensi induksi, standar waktu AWGI hampir dua setengah kali lebih banyak dari waktu yang ditetapkan ASCH untuk para anggotanya. 

_PRINT   _SENDTOFRIEND

Upcoming Events
Counter
Online2
Hari ini672
Sepanjang masa34.518.836
1 Facebook
2 Youtube
3 Instagram
4 Quantum Morphic Field Relaxation
5 Asosiasi Hipnoterapi Klinis Indonesia
6 The Heart Technique