ADD/ADHD Berdasar Perspektif Cara Kerja Otak & Pikiran

Dua hari berturut-turut saya mendapat klien yang “unik”. Pertama seorang murid SD kelas 2 yang sangat aktif. Kemarin, seorang murid SMP kelas 3 dari Malang yang juga punya history pernah sangat aktif waktu kecil. Kedua klien ini mendapat “diagnosa” ADD/ADHD.

Saat melakukan intake interview saya menemukan jawaban yang memvalidasi “kecurigaan” saya selama ini terhadap penyebab ADD/ADHD dari sudut ilmu pikiran. Hasil intake interview ini saya bandingkan dengan intake interview yang saya lakukan terhadap lebih dari 20 orang klien dengan diagnosa yang sama, ADD/ADHD.

Hasilnya? Konsisten.

Dari apa yang saya pelajari sejauh ini ada 2 penyebab ADD/ADHD: 1. Masalah pada otak (fisik/hardware), 2. Masalah pada pikiran (software)

Masalah Pada Otak

Dari berbagai riset mengenai otak, didapatkan hasil yang menarik yaitu bahwa otak kiri dan kanan penderita ADD/ADHD bekerja dengan “kecepatan” yang berbeda.

Dulu saya bingung dengan pernyataan ini. Namun setelah mendalami Brain Wave 1 di Lugano, Swiss, dibawah bimbingan langsung Prof. Sean Adams, penemu BW 1, akhirnya saya memahaminya. Memang benar, bila kita mengukur pola gelombang otak penderita ADD/ADHD maka terlihat sangat jelas bahwa otak kanan jauh lebih aktif daripada otak kiri. Nah, berangkat dari temuan ini para pakar lalu merancang alat untuk bisa membantu mensinkronkan atau menyeimbangkan kerja otak kiri dan kanan.

Ketidakseimbangan otak kiri dan kanan bisa muncul akibat dari sebab-sebab berikut:

1. Otak kekurangan suplai oksigen. Biasanya terjadi saat persalinan yang sulit, di mana tali pusar melilit di leher bayi. Bisa juga terjadi karena anak sempat tenggelam sehingga tidak bisa bernapas untuk jangka waktu yang lama.

2. Benturan keras di kepala.

3. Panas yang tinggi sehingga anak mengalami kejang. Panas ini bisa disebabkan oleh infeksi, radang, atau akibat dari pemberian vaksin yang mengakibatkan anak demam dan panas tinggi.

Ada beberapa cara untuk menyeimbangkan otak kiri dan kanan. Yang paling murah dan mudah dilakukan adalah dengan menggunakan latihan Brain Gym. Untuk lebih jelas mengenai Brain Gym bisa baca bukunya. Sudah diterbitkan Gramedia plus ada videonya.

Kedua, dengan menggunakan terapi suara atau Sound Therapy. Terapi ini berdasarkan penelitian Dr. Alfred Tomatis di Perancis. Caranya adalah dengan mendengar musik, dengan frekuensi khusus, di telinga kiri dan kanan penderita ADD/ADHD, sehingga akan terjadi keseimbangan. Musik ini dulunya hanya bisa didengarkan di klinik khusus.

Namun berkat perkembangan teknologi maka sudah bisa “dikasetkan”, dengan jenis pita khusus, dan hanya bisa didengarkan dengan menggunakan headphone atau earphone khusus yang mampu melewatkan frekuensi tinggi hingga mencapai 18.000 Hz. Player untuk kaset inipun harus khusus merek dengan tipe tertentu.

Mengapa khusus? Ya itu tadi. Player kaset yang biasa-biasa tidak akan mampu memainkan musik dengan frekuensi tinggi. Ini juga salah satu alasan mengapa rekaman lagu atau musiknya tidak bisa menggunakan media CD. Saat ini di pasaran ada sangat banyak “teknologi otak” yang menawarkan program penyeimbangan otak kiri dan kanan. Beberapa yang pernah saya lihat made in China dengan lisensi dari Amerika. Saat di-browsing situsnya tidak menjelaskan dasar teori dan riset yang mendasasari pembuatan alat ini. So.. hat-hati ya…

Cara yang paling umum dilakukan untuk menangani anak ADD/ADHD adalah dengan memberikan Ritalin. Ritalin cara kerjanya adalah dengan menekan pusat “keaktifan” , di otak, sehingga anak terkesan “rileks” dan bisa tenang. Namun obat hanya mengobati simtom, bukan akar masalah. Begitu pengaruh obat habis maka anak kembali ke kondisi awal, seperti sebelum minum obat. Ada pakar yang berpendapat bahwa ADD/ADHD ini adalah penyakit bawaan atau congenital disorder. Yang paling banyak mengalami masalah ini adalah anak laki (20%), sedangkan anak perempuan lebih sedikit yaitu hanya 8%.

Ketiga, dengan menggunakan Sound Therapy yang dikombinasi dengan Light Therapy (terapi dengan cahaya). Kombinasi ini yang digunakan di mesin BW 1. Untuk cahaya, yang digunakan adalah cahaya dengan panjang gelombang yang sangat khusus dan presisi, yang menghasilkan cahaya berwarna kuning keemasan, seperti warna kuning yang ada di pusat api lilin.

Dari riset didapatkan temuan bahwa cahaya kuning keemasan mempunyai efek yang paling maksimal terhadap otak. Untuk lebih jelas mengenai BW 1 bisa dilihat di www.alphalearning.ch . Sedangkan buku yang membahas mengenai berbagai riset di dunia mind technology judulnya Mega Brain karya Michael Hutchinson. Buku ini sudah tidak dicetak lagi. Sudah out of print dan menjadi buku classic. Saya dapatnya yang bekas. Inipun setelah susah payah berburu di berbagai situs yang menjual buku-buku bekas.

Masalah Pada Pikiran

Penanganan anak ADD/ADHD dengan paradigma ilmu pikiran (software) tentunya berbeda bila kita menggunakan paradigma cara kerja otak (hardware). Dari berbagai literatur yang saya pelajari disimpulkan bahwa manusia terlahir dengan kondisi pikiran yang sempurna. Saat lahir manusia hanya punya satu jenis pikiran yaitu Pikiran Bawah Sadar. Pikiran Bawah Sadar sudah aktif sempurna sejak bayi berusia (tiga) bulan di dalam kandungan ibunya dan merekam dengan sempurna semua peristiwa yang dialami ibunya, baik positif maupun negatif, dan juga apa yang ia, si jabang bayi, alami atau rasakan.

Pikiran Bawah Sadar terdiri atas dua bagian. Pertama, bagian yang disebut dengan Pikiran Nir Sadar atau Unconscious Mind, atau ada juga yang menyebutnya sebagai Primitive Area. Kedua, bagian yang disebut dengan Modern Memory Area atau yang lebih dikenal dengan nama Subconscious Mind. Jika orang berkata atau bicara mengenai Pikiran Bawah Sadar maka yang mereka maksud adalah Modern Memory Area ini.

Pikiran Nir Sadar berisi berbagai program, yang “ditulis” oleh Sang Pencipta, untuk kelangsungan hidup kita. Program-program ini antara lain untuk menjalankan fungsi tubuh otonom, seperti pernapasan, detak jantung, pencernaan, sistem kekebalan tubuh, dan segala sesuatu yang berhubungan dengan kelangsungan hidup (survival). Bila di komputer, program-program di Pikiran Nir Sadar ini adalah BIOS atau Basic Input Ouput System. Tanpa BIOS komputer tidak akan bisa jalan. BIOS dibutuhkan untuk meng-instal Operating System (OS). Setelah OS selesai kita instal barulah kita meng-instal berbagai program aplikasi.

Nah, apa hubungan cerita saya ini dengan anak yang ADD/ADHD?

Begini, hasil penelusuran terhadap sumber penyebab ADD/ADHD, dari sudut ilmu pikiran, didapatkan hasil bahwa ADD/ADHD ini sebenarnya hanyalah simtom atau gejala dari suatu masalah.

Apa masalahnya?

Perilaku ADD/ADHD ini adalah efek dari kecemasan yang tinggi, yang dialami oleh anak sewaktu kecil. Karena anak cemas maka pikirannya bekerja sangat aktif, memunculkan berbagai gambar mental atau buah pikir, dengan tujuan agar anak bisa sibuk memikirkan gambar mental atau buah pikir itu sehingga dengan sendirinya kecemasan mereka akan berkurang.

Kita, orang dewasa, jika merasa cemas, apa yang kita lakukan? Kita akan menyibukkan diri kita, benar nggak? Bahkan, bila sudah cukup parah, maka kita akan mengalami OCD (Obsessive Compulsive Disorder), antara lain seperti sering cuci tangan, memeriksa kunci berkali-kali, menghitung angka naik turun (counting numbers), atau melafalkan alfabet.

Pertanyaannya sekarang adalah, “Mengapa anak cemas? Apa yang menyebabkan anak cemas?”

Jawabannya sederhana sekali yaitu karena tangki cinta anak kosong. Tingkat kecemasan seorang anak berbanding terbalik dengan isi tangki cinta. Semakin penuh isi tangki cinta maka anak akan semakin rileks, percaya diri, dan kuat menghadapi berbagai “benturan” emosi. Semakin kosong tangkinya maka anak akan semakin lemah dan cemas.

Semakin cemas anak maka akan semakin banyak gambar mental atau buah pikir yang muncul. Ini adalah hal yang sangat alamiah dan normal. Saya katakan normal karena memang sudah menjadi salah satu fungsi dari Pikiran Bawah Sadar yaitu untuk melindungi diri kita dari bahaya nyata, atau yang dipandang sebagai bahaya, baik yang bersifat fisik maupun psikis.

Nah, agar anak bisa “selamat” dari tekanan mental (baca: kecemasan tinggi) maka Pikiran Bawah Sadar akan menyibukkan pikiran anak, agar tidak memikirkan kecemasannya, dengan memunculkan sangat banyak gambar mental atau buah pikir secara cepat. Lama-lama defense mechanism ini menjadi suatu kebiasaan atau habit dan menjadi ADD/ADHD.

Langkah awal membantu anak kita yang ADD/ADHD adalah dengan mengurangi tingkat kecemasannya. Kalau bisa dihilangkan sama sekali. Bagaimana caranya? Mulailah dengan mengisi tangki cinta anak. Tangki cinta ini ada dua. Yang satu diisi oleh ibu dan satu lagi oleh ayah. Tidak bisa dirangkap. Harus diisi oleh masing-masing orangtua. Cara mengisinya adalah dengan menggunakan bahasa cinta. Ada lima bahasa cinta yang bisa kita gunakan.

Pertama, tatapan mata. Jika berkomunikasi dengan anak, pandanglah matanya dengan lembut dan penuh cinta kasih. Tatapan mata ini sangat penting.

Kedua, sentuhan fisik . Anak harus sering mendapat sentuhan fisik, baik itu pelukan atau kecupan sayang dari orangtuanya.

Ketiga, waktu yang berkualitas. Orangtua perlu menyediakan waktu yang cukup dengan intensitas perhatian dan kedekatan emosi yang baik dengan anak. Waktu berkualitas juga meliputi kuantitas. Tanpa kuantitas yang cukup maka tidak ada yang namanya waktu berkualitas.

Keempat, kata-kata pendukung. Orangtua sering mengucapkan kata-kata negatif. Tujuannya sebenarnya positif yaitu ingin memacu anak agar berubah menjadi lebih baik. Namun dari perspektif ilmu pikiran, kita harus mengucapkan hanya hal-hal yang positif, hal-hal yang menguatkan dan meneguhkan hati anak.

Kelima, pemberian hadiah. Hadiah yang dimaksud di sini tidak perlu hadiah yang besar atau mahal. Cukup hadiah-hadiah kecil Misalnya orangtua pas ke luar kota atau dari mal, belikan anak sesuatu yang ia suka dan tidak disangka-sangka.

Anak-anak sekarang banyak yang cemas karena orangtua sibuk cari uang atau bekerja sehingga mereka hanya diserahkan kepada baby sitter. Baby sitter bisa memberikan makanan pada tubuh fisiknya namun tidak bagi jiwanya. Belum lagi bila baby sitter ini sering bersikap keras terhadap anak. Efeknya akan sangat destruktif. Baby sitter hanya bisa mengisi tangki fisik (baca: perut) anak tapi tidak bisa mengisi tangki cinta anak.

Saat anak sudah agak besar, kecemasan bisa timbul saat mulai masuk sekolah. Tekanan sistem pendidikan terhadap anak kita, ditambah lagi bila lingkungan sekolah dan guru tidak kondusif, membuat anak semakin cemas. Tekanan bisa juga timbul dari orangtua yang overconfident terhadap kemampuan anaknya sehingga menuntut anak harus bisa mencapai prestasi yang tinggi.

Sayangnya tuntutan yang tinggi ini tidak disertai dengan memberikan anak berbagai strategi dan teknik pembelajaran yang sesuai dengan keunikan anak. Akibatnya anak menjadi tegang, cemas, dan proses belajar menjadi suatu hal yang menyakitkan.

Seringkali, dan kasus ini sangat banyak saya temui, kecemasan anak justru merupakan hasil “transfer” dari orangtuanya, terutama ibunya. Banyak ibu yang cemas, mungkin karena ini adalah anak pertama, sehingga ingin yang terbaik untuk anaknya. Karena ingin yang terbaik, Ibu ini menjadi cemas dan selalu was-was terhadap perkembangan anaknya. Semakin si ibu cemas maka semakin cemas pula si anak. Dan ibu yang tidak tahu mengenai hal ini akhirnya bingung sendiri dan mencari terapis untuk membantu anaknya yang “bermasalah”. Terapis melakukant terapi pada anak tapi tidak pada si ibu.

Hasilnya? Tidak bisa optimal.

Saat saya menceritakan hal ini kepada orangtua klien saya, ayah klien saya membenarkan bahwa istrinya sangat cemas terhadap anaknya. Sedemikian khawatirnya si istri kalau anaknya mengalami hal-hal yang tidak diinginkan, sampai-sampai ia tidak pernah mempercayakan perawatan anaknya kepada orang lain. Semua dikerjakan sendiri.

Salah satu bentuk kecemasannya adalah untuk selalu mensterilkan semua peralatan makan si anak. Ini benar-benar merepotkan. Botol susu, piring, gelas, sendok, garpu, semuanya harus disterilkan, dicelupkan ke dalam air mendidih agar kuman mati semua. Bahkan saat liburan ke Bali si ibu sampai membawa panci yang biasa ia gunakan untuk mensterilkan peralatan si anak. Klien saya, murid kelas 2 SD yang ADD, mampu duduk diam dan tenang saat diminta memvisualisasi, di pikirannya, jalan yang harus ditempuh dari satu mal ke rumahnya.

Anak ini mampu dengan sangat jelas membayangkan jalan yang harus dilalui, ada apa saja di jalan itu, harus belok ke mana, dan akhirnya sampai di rumah. Nah, apa yang terjadi saat saat anak ini melakukan visualisasi? Tanpa si anak sadari saya meminta ia memilih hanya satu objek pikiran untuk ia pikirkan. Saat itu ia melakukan konsentrasi.

Dan karena ia “memutuskan” hanya memilih satu objek pikiran maka gambar mental yang lain, yang muncul dengan sangat cepat di pikirannya, diabaikan. Dengan demikian ia bisa menjadi tenang dan rileks. Hal ini yang perlu dilatih. Anak harus bisa mengarahkan pikiran pada hal-hal yang memang ia inginkan. Jika kita bisa membuat anak terbiasa melakukan hal ini maka cepat atau lambat kita membentuk kebiasaan atau habit baru dalam diri anak.

Anak yang pikirannya sangat aktif akan sulit konsentrasi dan belajar. Umumnya mereka dilabel sebagai anak yang menjadi trouble maker di kelas. Jika sudah agak besar, saat belajar mereka akan menyalakan televisi, menyalakan radio atau tape, sambil melakukan aktivitas belajar. Mengapa mereka bisa belajar ditengah berbagai “keributan” atau “distorsi” ini?

Yang mereka lakukan adalah mereka membuat sibuk bagian pikiran yang selama ini mengganggu konsentrasi mereka. Bagian ini mendengarkan suara acara televisi dan radio. Bagian ini menjadi sibuk. Sehingga anak bisa fokus pada materi yang ia pelajari.

Oh ya, satu hal lagi yang bisa menyebabkan anak mengalami ADD/ADHD yaitu salah diagnosa. Seringkali anak yang sangat aktif, yang sebenarnya tidak mengalami ADD/ADHD, dengan mudahnya, oleh lingkungan atau guru di sekolah, diberi label anak hiperaktif. Pada saat kita memberikan label pada anak maka label ini akan melekat pada diri si anak.

Dengan pengulangan atau penguatan (reinforcement), karena lingkungan memperlakukan dirinya sebagai anak ADD/ADHD, maka cepat atau lambat label ini akan menjadi belief yang terintegrasi ke belief system anak dan akhirnya menjadi identity. Kalau sudah jadi identity… wah sulit sekali untuk bisa dibereskan. Identity ini adalah program yang bersifat self fullfiling prophecy.

Penanganan Anak ADD/ADHD

Saya biasa melakukan penanganan dengan menggunakan pendekatan kombinasi. Jika dirasa perlu saya akan menggnakan BW 1. Pertama saya akan mengukur kondisi gelombang otak kiri dan kanan. Dari hasil pengukuran ini selanjutnya dengan menggunakan Optical Neuron Synergizer saya melakukan tune up otak dan menyeimbangkan otak kiri dan kanan. Pada umumnya hanya dengan satu kali sesi tune up sudah bisa seimbang. Namun untuk menstabilkan saya butuh lima sesi. Efek penyeimbangan bersifat permanen. Ini pendekatan terapi dari sisi hardware.

Untuk software, saya menggunakan berbagai teknik ilmu pikiran untuk membantu anak menghilangkan kecemasannya. Selanjutnya saya melatih dan membantu anak untuk bisa mengarahkan pikiran sesuai dengan yang mereka inginkan.

Keterlibatan orangtua juga sangat saya tekankan. Orangtua juga perlu diajari beberapa teknik yang bisa mereka lakukan di rumah agar bisa membantu anak mereka. Salah satunya adalah cara berkomunikasi dengan pikiran bawah sadar anak sehingga bisa memasukkan sugesti positif yang membantu perkembangan anak.



Dipublikasikan di https://www.adiwgunawan.com/index.php?p=news&action=shownews&pid=32 pada tanggal 21 Juli 2010