The only hypnotherapy school in Indonesia approved by American Council of Hypnotist Examiners (ACHE), USA
Bila anda adalah praktisi meditasi yang telah tekun dan lama berlatih meditasi dan belum berhasil masuk ke kondisi meditatif yang dalam, belum dapat menenangkan pikiran, merasa frustrasi karena tidak bisa atau sulit fokus atau konsentrasi, dan anda ingin bisa masuk ke kondisi meditatif yang dalam dengan cepat, mudah, dan pasti, maka uraian berikut ini sangat tepat untuk anda.
Kita mengenal dua jenis meditasi: meditasi konsentrasi (Samatha) dan meditasi untuk peningkatan kesadaran diri (Vipassana). Meditasi konsentrasi adalah pemusatan fokus atau perhatian pada objek tertentu, misalnya napas. Ada empat puluh objek yang bisa digunakan untuk menditasi. Napas hanya salah satunya.
Tujuan dari meditasi Samatha adalah untuk melatih pikiran sehingga terkendali dan akhirnya diam dan hening dan meditator akan mengalami perasaan yang sangat tenang, damai, dan mendapat banyak manfaat baik pada aspek kesehatan fisik, mental, maupun emosi.
Sedangkan meditasi Vipassana adalah meditasi perhatian penuh, introspeksi, observasi realitas, kewaspadaan objektif, dan belajar dari pengalaman setiap momen. Inti dari meditasi Vipassana adalah mengamati segala proses mental atau fisik yang paling dominan pada saat sekarang. Dengan kata lain, menyadari, mencatat, ingat ketika sensasi atau objek pikiran lenyap.
Salah satu pakar ternama di bidang Scientific Meditation adalah Maxwell Cade, seorang ilmuwan mashyur dan Zen Meditator dari Inggris. Selama lima belas tahun Max Cade melakukan riset biofeedback dan korelasi mind-body dengan kondisi kesadaran khusus (altered state of consciousness). Cade melalui riset mendalam dengan menggunakan Mind Mirror telah mengukur lebih dari 8.000 subjek penelitian dengan beragam latar belakang, antara lain para swami, yogi, master, dan meditator berpengalaman yang menggunakan beragam teknik meditasi.
Dari hasil penelitian intensif Max Cade didapat temuan penting dan sangat menarik yaitu para master, yogi, swami, dan guru meditasi, saat masuk ke kondisi meditatif yang dalam, memiliki pola gelombang otak yang sama, terlepas teknik yang mereka gunakan. Pola ini disebut dengan pola The Awakened Mind yang terdiri dari beta (12-38 Hz), alfa (8-12 Hz), theta (4-8 Hz), dan delta (0,5 – 4 Hz) dengan komposisi yang pas.
Beta di sini adalah low beta (12-25 Hz) dan hanya sedikit saja, karena hanya digunakan untuk menyadari, mengetahui, dan mencatat. Cade menuliskan hasil riset ini menjadi buku The Awakened Mind.
Alfa berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan pikiran sadar dan bawah sadar. Theta adalah pikiran bawah sadar dan delta adalah pikiran nirsadar.
Kita tetap membutuhkan beta, walaupun hanya sedikit saja, untuk bisa mengetahui atau menyadari apa yang sedang kita alami. Bila tidak ada beta maka kita sama sekali tidak akan tahu atau ingat yang terjadi atau alami saat meditasi.
Riset Max Cade dilanjutkan oleh muridnya, Anna Wise di Amerika. Dalam kurun waktu lebih dari 35 tahun Anna meneruskan riset ini, mengembangkan, dan menyempurnakan teknik untuk bisa membantu siapa saja masuk ke kondisi The Awakened Mind dengan cepat. Anna Wise mengajarkan semua hasil riset dan tekniknya kepada Adi W. Gunawan secara private one-on-one di Berkeley, San Fransisco, Amerika, selama 14 hari pelatihan intensif. Anna juga mensertifikasi Adi sebagai satu-satunya muridnya yang diberi kepercayaan, wewenang, dan tanggung jawab sebagai trainer untuk meneruskan karyanya dan mengajar workshop The Awakened Mind (Scientific Meditation).
Menurut Anna Wise, “Meditation is a state of consciousness, a spesific brain-wave pattern, not a technique” atau “Meditasi adalah suatu kondisi kesadaran, dengan pola gelombang otak yang khusus, bukan sebuah teknik”. Anna telah menulis dua buku dengan judul The High Performance Mind dan Awakening The Mind.
Lalu, apa hubungannya dengan meditasi Samatha dan Vipassana?
Meditasi Samatha, bila dilihat dari pola gelombang otak, bertujuan untuk “meng-OFF-kan” gelombang beta. Beta adalah gelombang pikiran sadar dan berkisar pada kisaran frekuensi 12-25 Hz. Gelombang ini aktif bila kita berpikir, memberikan penilaian (judgement) atau memberikan makna pada sesuatu, mengkritik, membuat daftar, menganalisa, atau berbicara pada diri sendiri (self talk).
High Beta, frekuensi di atas 25 Hz berhubungan dengan stress dan kecemasan. Semakin aktif high beta seseorang maka semakin “liar” pikirannya. Pikiran akan lari ke sana ke mari, melompat dari satu hal ke hal lain, tidak bisa diam, sulit atau hampir tidak mungkin untuk dikendalikan. Kesulitan ini yang dialami oleh semua meditator pemula.
Banyak orang menghabiskan begitu banyak waktu hanya untuk belajar mendiamkan pikirannya mereka namun tidak berhasil. Akhirnya mereka memutuskan untuk berhenti bermeditasi karena tidak merasakan manfaat.
Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk membuat seseorang mahir “meng-OFF-kan” pikirannya? Ini semua bergantung pada waktu dan teknik yang digunakan. Umumnya, untuk “meng-OFF-kan" pikiran sadar, orang menggunakan objek napas.
Pikiran dilatih untuk diam dengan cara difokuskan pada napas. Dan pada saat pikiran lari ke objek lain maka pikiran ditarik kembali ke napas dan demikian selanjutnya sampai dicapai kekuatan konsentrasi yang sangat tinggi.
Sulitnya meditator mendiamkan pikirannya, selain karena aktifnya high beta (seperti pada gambar di atas), juga disebabkan tubuh yang tegang. Posisi duduk yang tidak tepat, apa lagi kalau sampai melakukan postur full lotus, membuat otot paha dan tubuh menjadi begitu tegang sehingga adalah tidak mungkin untuk bisa mencapai kondisi pikiran yang rileks.
Saat seseorang telah mampu “meng-OFF-kan” pikiran sadarnya (gelombang beta) maka pada saat itu ia telah masuk ke kondisi meditatif yang sangat dalam (lihat gambar di bawah). Jadi, meditasi sebenarnya adalah gelombang otak yang terdiri dari alfa, theta, dan atau tanpa delta. Di sini tampak jelas bahwa beta tidak dibutuhkan untuk meditasi. Justru beta perlu dihilangkan.
Masih berdasar riset Anna Wise, untuk bisa merilekskan pikiran, menurunkan beta dengan cepat, bisa dilakukan dengan merilekskan tubuh terlebih dahulu. Ada teknik spesifik yang Beliau kembangkan untuk bisa mendiamkan pikiran dalam waktu yang sangat singkat. Teknik ini diajarkan kepada peserta pelatihan Scientific Meditation agar dapat dengan cepat menurunkan aktivitas beta mereka.
Apa hubungannya dengan meditasi Vipassana?
Pengalaman membuktikan bahwa cukup sulit atau bahkan tidak mungkin bisa melakukan pengamatan pada bentuk-bentuk pikiran, perasaan, atau sensasi fisik yang muncul saat pikiran sadar masih sangat aktif. Apalagi jika yang aktif adalah high beta.
Jelas sangat sulit melakukan pengamatan jika piranti yang digunakan untuk melakukan pengamatan atau observasi, yaitu pikiran sadar, masih sangat aktif dan sibuk sendiri.
Yang diamati dalam meditasi Vipassana, khususnya pada aspek bentuk-bentuk pikiran dan perasaan yang muncul, sebenarnya berasal dari pikiran bawah sadar dan nirsadar.
Dari pikiran bawah sadar biasanya muncul memori atau ingatan mengenai kejadian tertentu, yang berasal dari pengalaman di kehidupan saat ini, dan biasanya berisi muatan emosi dengan intensitas yang tinggi, baik positif maupun negatif.
Jadi, saat memori ini muncul, baik dalam bentuk gambar atau film, maka sebenarnya pada saat yang sama emosi yang berhubungan dengan memori ini juga aktif.
Itulah sebabnya adalah sangat penting bagi seorang meditator untuk tidak masuk ke dalam pengalaman itu, karena biasanya mengandung emosi yang intens, dan cukup hanya mengetahui, menyadari, mencatat, dan mengingatnya ketika lenyap atau hilang.
Kemampuan untuk bisa menjadi pengamat (observer) dan tidak masuk ke dalam objek yang diamati hanya bisa dicapai bila pengendalian diri kita baik dan juga pikiran sadar (baca: beta) tidak terlalu aktif dan tidak memberikan penilaian atau penghakiman.
Pola Gelombang Otak Orang Yang Sulit Mendiamkan Pikiran | Pola Gelombang Otak Saat Mencapai Kondisi Meditatif / Hening | Pola gelombang ideal untuk melakukan meditasi Vipassana |
Saat kita mampu melihat atau hanya menjadi pengamat maka kita telah mampu melakukan disosiasi sehingga tidak dipengaruhi emosi yang melekat pada suatu memori. Saat kita mampu tenang hanya menyadari, mencatat, dan mengingat kejadian atau pengalaman yang muncul, maka kita akan tahu dan sadar bahwa kita bukanlah pengalaman atau emosi kita. Pengalaman atau emosi itu muncul dan tenggelam/hilang. Dan saat kita memberi jarak atau memisahkan diri dari pengalaman atau emosi itu maka mereka tidak bisa mempengaruhi diri kita.
Banyak yang berpikir, “Jika tidak ada beta, lalu bagaimana mungkin kita bisa mendapatkan insight atau mengerti?”
Insight atau kebijaksanaan yang sesungguhnya berasal dari theta atau pikiran bawah sadar. Kedalamam meditasi ditentukan oleh kedalaman theta yang berhasil kita capai. Theta adalah tempat terjadinya koneksi spiritual paling dalam. Saat seseorang berada dalam deep theta maka ia akan merasakan ketenangan, kedamaian, dan kebahagiaan yang luar biasa.
Pikiran bawah sadar mempunyai proses berpikir sendiri yang terpisah dari pikiran sadar. Jadi, saat kita bermeditasi Vipassana, saat pikiran sadar yang tidak terlalu aktif, maka informasi atau insight yang berasal dari pikiran bawah sadar akan naik, melalui jembatan alfa, ke pikiran sadar (beta) dan kita menyadari atau tahu (ingat) informasi ini.
Jadi, yang dilakukan oleh meditator yang bertahun-tahun melakukan meditasi Samatha sebenarnya adalah persiapan untuk awakening atau pencerahan. Para meditator ini biasanya, setelah bertahun-tahun berlatih meditasi, berhasil mengembangkan pola gelombang otak Awakened Mind.
Namun meditasi Samatha, walaupun telah lama dilakukan, walaupun telah berhasil mencapai pola Awakened Mind, tidak mampu memfasilitasi pencapaian pencerahan.
Mengapa? Karena meditasi Samatha sebenarnya adalah cara untuk mencapai kondisi kesadaran (state of consciousness) yang spesifik. Kondisi kesadaran ini selanjutnya perlu ditindaklanjuti dengan melatih meditasi Vipassana karena Vipassana sebenarnya adalah content-based meditation atau meditasi berdasarkan isi.
Yang dimaksud dengan isi, selain sensasi fisik yang dirasakan, juga adalah konten dari pikiran bawah sadar dalam bentuk-bentuk pikiran dan emosi yang muncul, dirasakan, atau dialami pada saat meditasi berlangsung, pada momen here and now.
Berdasar riset yang saya lakukan, ditunjang dengan EEG (electroencephalograph) khusus yaitu Mind Mirror IV maupun dengan Brainwave 1, kini kita dapat mempersingkat waktu meditasi Samatha untuk mencapai kondisi pikiran yang tenang, hening, dan sangat fokus.
Pengalaman saya membimbing klien masuk ke kondisi ini maksimal hanya 4 (empat) sesi. Caranya adalah dengan menstimulasi dan mensinkronkan kedua hemisfir otak, kiri dan kanan, dengan Optical Neuron Synergizer, piranti khusus dengan 32 LED yang menghasilkan cahaya kuning keemasan dengan panjang gelombang tepat 610 nm, yang dikombinasikan dengan stimulasi audio yang sangat spesifik dan presisi sehingga gelombang otak turun dengan sangat cepat dan masuk ke kondisi meditatif yang dalam dengan pasti.
Setelah berhasil mencapai kondisi meditatif yang dalam mereka akan diajarkan cara untuk kembali ke kondisi ini dengan cepat. Setelah berhasil mencapai kondisi meditatif yang dalam barulah dilanjutkan dengan fokus pada napas atau meditasi Vipassana.