Padamnya EGO (Personality)

19 Mei 2011 12:37

Mungkinkah Ego Personality, yang meliputi Ego State, Part, Intoject, dan Alter, “padam” dan sama sekali tidak berfungsi?

Ini satu pertanyaan yang sangat menggelitik untuk ditelaah. Seiring dengan semakin berkembangnya riset yang kami lakukan di AWG Institute, melalui berbagai temuan di ruang praktik, sharing, dan hasil diskusi intens yang kami lakukan baik melalui milis dan saat gathering alumni, kami sangat yakin bahwa Ego Personality bisa padam atau di-off-kan secara total. Pertanyaannya adalah, “Bagaimana cara melakukannya? Protokol apa yang bisa digunakan untuk mencapai kondisi Ego Personality padam total?”

Kami menyadari sepenuhnya bahwa tidak mudah untuk bisa melakukan hal ini. Namun, perlahan tapi pasti kami mulai menemukan titik terang. Pendalaman pemikiran dan teori Ego Psychology yang dikembangkan Federn dan juga diulas lebih dalam oleh Weiss, terutama mengenai cathexis (ego dan object), memberikan landasan pengetahuan guna membangun protokol  untuk membuat Ego Personality menjadi nonaktif atau padam.

Satu hal yang sangat penting yang dinyatakan baik oleh Federn maupun Weiss yaitu saat seseorang masuk ke kondisi tidur maka yang terjadi adalah cathexis ditarik mundur dari tubuh dan sistem diri dan mengakibatkan seseorang menjadi tidak sadar atau tidur. Saat tidur inilah seluruh Ego Personality yang biasanya aktif menjadi nonaktif atau padam. 

Saat tidur bila masih ego cathexis, walau sedikit, maka seseorang akan bermimpi. Tidur tanpa mimpi terjadi saat ego cathexis ditarik dari seluruh aktivitas mental maupun fisik.

Siapa yang menarik mundur cathexis? Tidak ada yang melakukannya. Ini adalah proses alamiah yang terjadi dengan sendirinya. Dengan kata lain, hal ini terjadi tanpa ada pelaku.
 
Dari penjelasan di atas kami menyadari bahwa kondisi tidur adalah kondisi di mana semua Ego Personality menjadi tidak aktif. Namun bukan kondisi ini yang kami ingin capai. Kami ingin bisa mencapai kondisi di mana semua Ego Personality nonaktif namun kesadaran kita tetap aktif bekerja.

Mungkinkah kita, dengan protokol tertentu, membuat cathexis ditarik dari seluruh tubuh dan sistem diri namun kita tetap sadar sepenuhnya?

Jawaban atas pertanyaan ini mulai muncul saat saya berdiskusi dengan beberapa alumni yang mengalami “kesulitan” saat melakukan hipnoterapi, khususnya saat menggunakan teknik Ego Personality Therapy yang dikembangkan dan diajarkan di kelas hipnoterapi AWG Institute.

“Kesulitan” yang dialami alumni antara lain:
• di awal sesi terapi saya bisa berkomunikasi dengan Ego Personality klien dengan lancar. Namun selang beberapa saat klien “blank” dan tidak bisa menjawab pertanyaan saya.
• saat saya tanya klien hanya menjawab tidak tahu.
• saat saya tanya klien menjawab bahwa dia sama sekali tidak ada masalah.
• klien sangat tenang dan sama sekali tidak menunjukkan bahwa mereka punya masalah.
• saat ditanya apa yang ia rasakan klien menjawab tidak merasa apa-apa, hanya datar saja.
• klien tidak sadar siapa dirinya.
• klien tidak melihat apapun padahal ia orang yang sangat visual.

Kendala di atas biasanya terjadi karena terapis tidak menyiapkan klien dengan baik, di fase wawancara, sehingga klien takut dan tidak bersedia menjalankan proses terapi yang diarahkan terapis. Namun anehnya semua alumni yang konsultasi ke saya mengenai kesulitan di atas mengatakan bahwa mereka telah menjalankan Quantum Hypnotherapeutic Protocol dengan benar seperti yang seharusnya. Dan yang lebih luar biasa lagi adalah yang mengalami kendala ini adalah terapis dengan pengalaman praktik yang mumpuni.

Kalau begitu, salahnya di mana ya? Ini adalah kondisi yang jarang kami temukan. Biasanya klien tidak bersedia menjawab karena takut. Bisa juga klien terlalu rileks, secara fisik, sehingga saat ditanya klien tidak bisa atau mengalami kesulitan memberikan respon.
 
Saya juga pernah beberapa kali mengalami kendala seperti yang dijelaskan di atas namun saya tidak terlalu mempersoalkannya karena dengan cepat saya mampu membuat klien kembali bicara atau menjawab pertanyaan. Barulah setelah mendapat pertanyaan di atas dan setelah melakukan diskusi kami mulai tergelitik untuk menelaah kondisi ini lebih serius.
 
Penasaran dengan hal ini, di beberapa kesempatan, saya melakukan eksperimen yaitu membawa klien masuk ke kondisi hipnosis yang sangat-sangat dalam dan melakukan terapi dalam di kondisi kedalaman ekstrim. Beberapa kali saya gagal melakukan hal ini karena klien langsung masuk kondisi tidur. Barulah setelah menggunakan protokol tertentu saya berhasil mempertahankan kesadaran klien untuk tetap berada di atas kondisi tidur.

Bagaimana hasilnya? Ternyata saya mengalami kendala yang mirip dengan yang dialami rekan sejawat saya, para alumni AWG Institute. Sampai di sini kami masih belum benar-benar mengerti apa yang sebenarnya terjadi.

Barulah setelah membaca dan menelaah kembali dengan perlahan dan saksama pemikiran Federn dan Weiss, ditambah pembahasan yang dilakukan oleh sejumlah pakar lainnya yang dipubikasikan di beberapa literatur terpisah, kami akhirnya berhasil menemukan jawabannya. Ternyata kedalaman hipnosis mempengaruhi aktivasi dan distribusi cathexis. Semakin dalam kondisi hipnosis atau rileksasi pikiran maka cathexis semakin berkurang hingga akhirnya tidak lagi ada cathexis pada struktur kognisi yang memainkan peran “Aku” atau “Ego”.

Hal ini sejalan dengan temuan Sherman dalam riset mengenai kondisi kedalaman hipnosis yang ditulis menjadi disertasi doktoral di Stanford University di tahun 1971 dengan judul Very Deep Hypnosis: An Experiential And Electroencephalographic Investigation.

Dalam penelitian ini Sherman menemukan bahwa subjek yang mencapai kondisi kedalaman hipnosis yang sangat dalam (extremely profound depth of hypnosis) menggambarkan pengalaman mereka sebagai, “Segalanya, merasa satu dengan segala sesuatu, kehilangan pengetahuan mengenai identitas diri, tidak ada “aku”, ketenangan mental yang absolut, tidak ada (bentuk-bentuk) pikiran atau gambaran mental.”

Dalam kondisi kedalaman ini subjek telah melampaui semua struktur kognisi yang mendefinisikan dirinya sebagai “seseorang” yang membedakan dan memisahkan dirinya dengan orang lain dan lingkungannya.

Di kedalaman ini energi batas Ego Personality telah menjadi begitu lemah sehingga fenomena impact atau benturan yang menjadi syarat agar sesuatu diketahui atau dikenali menjadi tiada. Meskipun demikian, di kedalaman ini ternyata masih terdapat satu kesadaran, yang disebut dengan kesadaran primer atau murni, seperti yang dijelaskan oleh Federn dalam kalimat, “The ego is at once subject and object.”

Kesadaran ini, seperti yang ditunjukkan oleh subjek penelitian Sherman ternyata tidak mencakup pengetahuan akan identitas individual. Dengan kata lain di kedalaman ekstrim ini yang tersisa adalah kesadaran murni tanpa ada “aku” atau “ego”.  Dengan kata lain “aku” atau “ego” telah padam.

Kondisi ini sama dengan yang dialami oleh para meditator yang masuk ke kondisi meditatif yang sangat dalam (samadhi) yang tidak lagi bisa merasakan tubuhnya. Bahkan dalam kondisi meditasi yang benar-benar dalam pikiran meditator berhenti, tidak lagi muncul bentuk-bentuk pikiran, gambaran mental, atau dialog internal.  Yang tersisa hanyalah kesadaran murni.

Masih menurut riset Sherman, di kedalaman esktrim ini, pengukuran dengan EEG menunjukkan amplitudo gelombang otak yang turun drastis, hampir berhenti total, dan pola ini berbeda dengan pola normal yang biasa muncul saat subjek masuk ke kondisi hipnosis yang dalam.

Semuanya menjadi semakin jelas saat saya mencari benang merah antara apa yang kami temukan di ruang praktik, teori yang dicetus Federn, riset Sherman, dan juga beberapa temuan lain yang dilakukan pakar yang berbeda, yang berhubungan dengan kondisi kedalaman hipnosis yang ekstrim, dan korelasinya dengan Quantum Hypnotic Depth Scale yang kami gunakan untuk mengetahui level kedalaman hipnosis atau rileksasi pikiran.

Saat saya mengkaji ulang terapi yang pernah dilakukan oleh beberapa terapis AWG Institute, yang secara tidak sengaja dilakukan dalam kondisi yang sangat dalam dan menunjukkan hasil yang sangat maksimal, padahal hanya menggunakan sugesti, saya akhirnya sadar mengapa hasil terapinya sangat efektif.

Ternyata kedalaman hipnosis yang dicapai klien mengakibatkan cathexis yang ada pada Ego Personality menjadi sangat berkurang. Dengan kata lain “kekuatan” atau “kesadaran” Ego Personality yang mungkin menolak perubahan menjadi sangat lemah. Dengan demikian sugesti yang diberikan sulit atau tidak bisa ditolak atau dianulir. Salah satu alumnus AWG Institute baru-baru ini mengabarkan bahwa ia berhasil membantu seorang klien menurunkan berat badan 30 kg, dari 120 kg turun menjadi 90 kg, hanya dalam waktu 3 minggu. Teknik yang digunakan hanya sugesti namun dilakukan dalam kondisi hipnosis yang sangat dalam.

Kondisi kedalaman ekstrim, dari pengalaman kami, juga dapat digunakan untuk melakukan percepatan penyembuhan pada tubuh fisik. Kami menggunakan kondisi, yang kami namakan Ultimate Depth, untuk membantu klien dengan cepat memulihkan kondisi fisiknya yang sakit, terutama sakit berat seperti kanker. Dalam kondisi ini tubuh klien dapat pulih hingga sepuluh kali lebih cepat dari kondisi normal.

Temuan pakar lain yang berhubungan dengan kondisi kedalaman ekstrim menyatakan bahwa bila dua orang dibimbing masuk ke kondisi ini dan diniatkan untuk melakukan healing maka secara otomatis pikiran nirsadar subjek yang sehat akan melakukan healing pada tubuh dan pikiran klien yang sakit atau kurang sehat. Dan ini terjadi secara spontan, tidak bisa diarahkan, dan tidak bisa diintervensi oleh siapapun.  Kedua subjek ini baru bisa keluar dari kondisi kedalaman ekstrim ini bila pikiran nirsadar mereka menyatakan sesi healing sudah selesai. Prosesnya bisa berlangsung sekitar lima, sepuluh, tiga puluh menit, satu jam, atau bahkan sampai dua jam. Teknik ini dikenal dengan Mind to Mind Healing.

Salah satu materi yang saya ajarkan di kelas Advanced Scientific EEG & Clinical Hypnotherapy adalah Ultimate Depth. Saya mendemokan dan membimbing para peserta pelatihan untuk masuk ke kondisi kedalaman ini. Dan saya juga membuktikan kedahsyatan teknik ini.

Saat di pelatihan saya membimbing seorang subjek masuk ke kondisi Ultimate Depth dan seorang subjek lain hanya sampai di level Profound Somnambulism. Selanjutnya subjek kedua ini, yang kebetulan sedang drop kondisi kesehatannya, badannya letih dan lemas, saya minta memegang tangan subjek pertama. Subjek pertama saya minta untuk meniatkan melakukan healing pada subjek kedua dan subjek kedua diminta untuk meniatkan menerima healing dari subjek pertama.

Hasilnya? Sungguh luar biasa. Hanya dalam waktu sekitar lima menit subjek kedua mengalami perubahan kondisi kesehatan yang signifikan. Badannya segar penuh energi, terasa ringan, dan hidung yang tadinya buntu bisa langsung menjadi lega.

Apakah sulit membimbing subjek atau klien masuk ke kondisi hipnosis yang sangat dalam? Tidak sulit. Dari pengalaman kami setiap klien yang kami induksi pasti masuk minimal ke kondisi profound somnambulism. Banyak juga yang masuk lebih dalam dari profound somnambulism. Semua ini bisa dicapai berkat teknik induksi yang kami kembangkan di AWG Institute. Kami menggabungkan berbagai pengetahuan mengenai pikiran, emosi, dan fisiologi untuk menghasilkan teknik induksi yang mampu membawa klien, tipe apa saja, masuk minimal ke kondisi deep hypnosis, dengan tingkat keberhasilan hingga 100%.

Dalam konteks meditasi saat ini kami masih melakukan riset mengenai hubungan kondisi kedalaman hipnosis (baca: rileksasi pikiran) yang ekstrim (sangat-sangat dalam) dan kondisi jhanna. Kami meyakini kedua kondisi ini sangat mirip atau hampir sama.

Pikiran ibarat samudera luas tak berbatas dan tak dikenal. Ini adalah samudera misteri menunggu manusia pemberani melakukan penjelajahan menemukan rahasia batas kemungkinan. Apakah anda salah satu dari segelintir manusia pemberani ini?

_PRINT   _SENDTOFRIEND

Upcoming Events
Counter
Online1
Hari ini87
Sepanjang masa34.528.489
1 Facebook
2 Youtube
3 Instagram
4 Quantum Morphic Field Relaxation
5 Asosiasi Hipnoterapi Klinis Indonesia
6 The Heart Technique