Sukses Mencapai Dunia Baru

26 Juni 2013 10:14

Kehidupan adalah satu karunia indah dari Sang Hidup. Kita tidak bisa memilih terlahir di mana, kapan, dan melalui orangtua seperti apa. Yang bisa kita lakukan adalah memutuskan menggunakan karunia kehidupan ini untuk menjalani hidup dan kehidupan dengan kualitas seperti yang kita inginkan.

Ada empat tipe orang dalam menjalani kehidupan. Pertama, orang yang hanya “mengalir” saja mengikuti arus kehidupan. Kedua, orang yang hanya mencari aman sehingga tidak bersedia melakukan hal lebih karena merasa nyaman dengan zona kenyamanannya. Ketiga, orang yang menetapkan pilihan hidup berdasar pengaruh atau pengkondisian lingkungan, baik yang ia dapatkan dari masa lalu ataupun yang berasal dari masa sekarang. Keempat, orang yang tahu bahwa ada begitu banyak kemungkinan dan pilihan dalam kehidupan dan mereka menetapkan pilihannya dengan penuh kesadaran.

Mana yang lebih baik dari keempat tipe ini? Tidak ada yang lebih baik atau lebih buruk. Ini semua kembali pada masing-masing individu. Dan kita tentunya tidak boleh atau berhak menghakimi orang lain.

Artikel ini saya tujukan bagi pribadi yang ingin mencapai lebih dalam hidup, meraih berbagai pilihan dan kemungkinan yang ada.

Untuk lebih memudahkan pembaca memahami penjelasan, saya akan menggunakan metafora hidup sebagai mengarungi samudera luas dan sukses adalah dunia baru di pantai seberang.

Untuk mulai menjelajahi samudera kehidupan yang luas tentu butuh persiapan matang. Saya ingat kisah Columbus (1451 – 1506) yang di tahun 1492 berlayar menyeberangi samudera Antlantik dalam upaya menemukan dunia baru (India). Ia membuat persiapan sangat matang meliputi jenis dan ukuran kapal yang akan ia gunakan, jumlah anak buah kapal (ABK) yang dibutuhkan, kecakapan yang harus dimiliki oleh masing-masing ABK, persediaan makanan dan kebutuhan lainnya selama pelayaran yang akan berlangsung lama (logistik).

Sebagai kapten kapal Columbus tentu sangat cakap dalam membuat perencanaan, menentukan arah atau rute perjalanan, membaca peta, melihat posisi bintang, memahami karakter lautan yang akan ia jelajahi dan juga mampu mengatur ABK bekerja menurut ritme dan arahannya. Sudah tentu ABK-nya menghormati dan menghargai Columbus seperti ia menghargai mereka.

Setelah menentukan tujuan yang ingin dicapai, memelajari peta dan menetapkan rute yang akan dilalui, ia menyampaikan hal ini kepada ABK-nya. ABK bekerja dan menjalankan perintah kapten dengan patuh sesuai dengan kapasitasnya masing-masing.

Tidak selamanya perjalanan berlangsung mulus seperti yang diharapkan menurut rencana. Tentu pasti ada kesulitan atau masalah selama perjalanan menuju dunia baru. Ada dua jenis masalah yang dapat mengganggu perjalanan. Pertama, masalah yang bersifat eksternal yang disebabkan oleh kondisi cuaca atau laut. Kedua, masalah yang bersifat internal baik karena kerusakan pada kapal atau karena masalah pada atau yang ditimbulkan oleh satu atau beberapa ABK. 

Di sinilah peran penting seorang kapten kapal. Ia harus mampu, cakap, tanggap membaca dan memahami situasi yang dihadapi saat itu, apapun masalahnya. Bila masalah disebabkan oleh kondisi cuaca atau laut, ia harus mampu membuat keputusan dengan cepat dan tepat berdasar pengalaman serta intuisinya. Bila perlu ia akan mengubah jalur pelayaran agar bisa mencapai tujuan dengan lebih cepat dan aman. Bisa juga ia akan menunda perjalanan, berlabuh di satu pulau atau pantai tertentu untuk sementara waktu, sampai keadaan benar-benar aman bagi kapal dan juga ABK-nya untuk melanjutkan perjalanan.

Bila masalah disebabkan oleh kerusakan pada kapalnya, ia harus dapat memutuskan penanganan terbaik untuk memperbaiki kapal ini segera sehingga pelayarannya tidak terganggu. Bila masalahnya menyangkut ABK, baik perorangan atau kelompok, maka ia harus tetap dalam posisi otoritas, sebagai kapten kapal, yang dengan bijaksana mampu menyelesaikan masalah dengan segera dan tuntas.

Masalah pada ABK terbagi menjadi beberapa kategori. Pertama, ada ABK yang sakit sehingga tidak bisa menjalankan tugasnya (dengan baik). Kedua, ABK melakukan sabotase misalnya dengan tidak menuruti perintah kapten atau dengan sengaja merusak kapal. Yang paling berbahaya adalah bila terjadi sabotase namun tidak diketahui siapa pelakunya. Ketiga, satu atau beberapa ABK mogok kerja. Keempat, ada beberapa ABK yang saling berseteru, tidak bersedia bekerjasama, sehingga mengganggu ritme kerja tim secara keseluruhan.

Kapten kapal perlu cepat dan sigap bertindak untuk mengatasi setiap hambatan atau masalah yang dialami baik oleh kapal atau ABK. Situasi ini tidak dapat dibiarkan berlarut-larut karena akan sangat mengganggu perjalanan mencapai dunia baru. Kapten harus mampu mengayomi, mengendalikan, mengkoordinasi, dan mensinkronkan kerja semua ABK demi tercapainya tujuan.

Bila ABK sakit maka ia perlu diberi waktu untuk pulih. Sementara itu tugasnya bisa dijalankan oleh rekannya. Bila ABK melakukan sabotase maka ia perlu dipanggil dan ditanya alasannya. Mungkin ia marah atau kecewa mengenai sesuatu. Dalam hal ini ABK dibina dan diberi kesempatan lagi. Bisa juga ia dipindahkan ke bagian lain yang lebih sesuai. Namun bila sudah tidak bisa dibina sama sekali, ia perlu dibebastugaskan atau bahkan diherhentikan agar tidak terus menjadi sumber masalah.

Untuk ABK yang mogok atau berseteru maka kapten harus mampu dengan bijak mendengarkan pendapat, perasaan, dan keinginan mereka, memberi pengertian, dan mendamaikan.

Perjalanan Columbus ini sama dengan perjalanan hidup kita. Dunia baru di pantai seberang adalah tujuan hidup yang ingin kita capai. Siapa Columbus dalam diri kita yang berperan sebagai kapten? Pikiran sadar. Dengan pikiran sadar kita menetapkan tujuan hidup (goal), melakukan perencanaan dan strategi secara cermat, hati-hati, dan terukur untuk dapat mencapai goal dengan mudah dan pasti.

Siapa ABK yang menjalankan perintah kapten? Pikiran bawah sadar (PBS). Di PBS ada banyak Bagian Diri atau yang kita kenal dengan Ego Personality (EP). Masing-masing EP punya tugas atau peran masing-masing yang sangat spesifik.

Orang yang mampu mencapai goal dengan mudah adalah mereka yang telah menetapkan tujuan dengan jelas, terukur, personal dan bermakna, punya strategi untuk mencapainya, dan didukung oleh PBS.

Alasan utama mengapa orang tidak bisa atau sulit mencapai goal adalah sebagai berikut:

1. Individu tidak punya goal yang ingini dicapai. Hal ini sama seperti bila Columbus tidak menetapkan tujuan dan membiarkan ABK-nya yang menetapkan tujuan. Bila ini terjadi maka masing-masing ABK (baca: Ego Personality), tentu punya keinginannya sendiri,  bisa ribut dan bersikeras untuk berlayar dengan tujuan sesuai dengan keinginan masing-masing. Bisa anda bayangkan bagaimana kekacauan yang terjadi. Dari pengalaman klinis diketahui bahwa EP yang paling kuat atau dominan dalam diri seseorang akan mendikte dan menentukan tujuan yang ingin dicapai. Dan seringkali tujuan EP ini tidak sinkron dengan tujuan orang itu.

2. Individu punya tujuan yang jelas namun tidak punya skill atau kecakapan untuk mencapainya. Ini sama dengan Columbus telah menetapkan tujuan namun ABK yang ikut kapalnya tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk menjalankan kapal seperti yang diharapkan.

Dalam diri seseorang, masing-masing ABK ini adalah Ego Personality. Bila EP belum punya pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk meraih sukses maka ia atau mereka harus dilatih. Ada dua cara melatihnya. Pertama, di level pikiran sadar. Kedua, ini yang lebih cepat, di level pikiran bawah sadar.

3. Individu tidak yakin dapat mencapai tujuannya. Sebagai kapten kapal, Columbus, pasti sangat yakin dan percaya bahwa dengan kecakapan, pengetahuan, dan dengan kepemimpinannya ia dapat membawa kapalnya berlayar mencapai tujuan. Rasa yakin dan percaya ini akan ditangkap oleh ABK-nya sehingga mereka juga yakin dan percaya. Bisa dibayangkan pikiran dan perasaan ABK bila dipimpin oleh kapten kapal yang tidak percaya diri dan tidak tahu apakah bisa mencapai tujuan. Bila Anda adalah salah satu ABK, apakah Anda anda bersedia ikut berlayar di kapal ini?

4. Individu mengalami sabotase diri atau konflik internal yang disebabkan oleh Ego Personality tertentu. Ini adalah kondisi yang paling sering dialami seseorang. Saat hampir mencapai goal, entah apa yang terjadi, ia melakukan sesuatu yang justru menggagalkan dirinya mencapai goalnya. Bila ini terjadi satu atau dua kali, masih wajar. Namun bila sering terjadi maka ini adalah indikasi sabotase diri atau konflik internal.

Biasanya orang tidak mengetahui secara pasti apa yang mensabotase diri mereka. Yang biasanya terjadi ia merasa ada perasaan tidak nyaman tapi tidak tahu apa sebenarnya perasaan ini. Sabotase atau konflik diri ini bisa membuat pencapaian goal menjadi lebih lama, dari yang seharusnya, atau bahkan goalnya sama sekali tidak bisa tercapai.

Ada dua cara untuk mengatasi hal ini. Pertama, sebagai kapten kapal, Anda mencari sendiri ABK yang melakukan hal ini dengan menggunakan teknik Ego Personality Therapy. Kedua, bila ternyata tidak bisa melakukannya sendiri maka Anda perlu bantuan dari “penasehat” (baca: operator/terapis) yang akan membantu kapten (baca: pikiran sadar) untuk menemukan dan berdialog EP itu dan menyelesaikan masalahnya.

5. Individu tidak punya kapal yang sesuai untuk mencapai goal. Kapal yang dimaksud di sini adalah alat atau kendaraan. Untuk berlayar menyeberang samudera Atlantik yang sedemikian luas tentu tidak bisa menggunakan sampan atau perahu kecil.

Demikian pula bila ingin mencapai goal yang besar. Kita perlu cermat dan jujur menilai apakah kapal yang kita gunakan saat ini bisa mengantar kita mencapai goal. Bila tidak, kita perlu mencari kapal baru yang lebih sesuai. Bila kapalnya sudah sesuai, kita tinggal meningkatkan kecepatannya saja. Caranya bisa dengan meningkatkan kapasitas dan kemampuan mesin atau berlayar mengikuti arus laut yang searah dengan tujuan.

6. Individu kurang sabar dan pasrah. Perjalanan membutuhkan waktu atau proses, tidak bisa instan. Saat kita tahu bahwa apa yang kita lakukan sudah benar, sesuai dengan perencanaan, arahnya sudah tepat, maka yang perlu dilakukan adalah pasrah memberikan waktu untuk bekerja. Banyak orang yang berhenti terlalu cepat, kurang sabar, dan kurang pasrah.

Mencapai goal hidup, dunia baru, membutuhkan baik pikiran sadar (kapten) maupun pikiran bawah sadar (ABK). Tidak bisa hanya salah satu. Pikiran sadar (kapten) melakukan perencanaan matang, menetapkan tujuan dan strategi untuk mencapai tujuan ini. Setelah itu memberikan arahan dan perintah kepada pikiran bawah sadar (ABK) untuk bekerja mewujudkan rencananya.

7. Individu tidak mengerti cara menyampaikan keinginan atau perintah dari pikiran sadar ke pikiran bawah sadar sehingga pikiran bawah sadar tidak melaksanakan perintah ini.

Saya sering bertemu dengan orang yang bertanya, “Pak, apakah ada cara yang lebih cepat lagi untuk bisa mencapai goal selain yang telah dijelaskan di atas?”

Saya tidak tahu apakah ada cara lain yang lebih cepat. Namun bila Anda bertanya kepada saya maka jawaban saya selalu sama yaitu cara tercepat untuk mencapai goal adalah seperti yang telah dijelaskan di atas, dengan mensinkronkan kerja pikiran sadar dan bawah sadar. Saya kebetulan telah memelajari pemikiran banyak guru sukses yang sangat terkenal seperti Napoleon Hill, Norman Vincent Peale, Anthony Robbins, T. Harv Eker, Randy Gage, dan para pakar lainnya. Bila diteliti secara mendalam mereka semua sebenarnya bicara hal sama, walau dengan bahasa yang berbeda, yaitu pentingnya sinkronisasi antara pikiran sadar dan bawah sadar.

Sayangnya, mekanisme dan cara kerja pikiran bawah sadar tidak banyak dibahas secara mendalam di berbagai buku yang beredar di pasar. Untuk benar-benar memahami cara kerja pikiran bawah sadar seseorang perlu belajar dan mendalami teknologi pikiran. Pengetahuan ini, dari pengalaman saya pribadi, tersebar di berbagai buku yang ditulis oleh para pakar yang melakukan riset mendalam. Dan sayangnya nama mereka jarang atau tidak pernah terdengar di publik. Buku yang mereka tulis biasanya bersifat sangat teknis dan hanya dimintai kalangan terbatas.

Pemahaman awam mengenai sifat dan cara kerja pikiran bawah sadar, seperti yang banyak ditulis di buku, agak berbeda dengan pemahaman dalam dunia hipnoterapis klinis. Salah satunya, ini yang sangat sering saya jumpai, yaitu pikiran tidak bisa menerima kata “tidak” atau kata yang bersifat negasi.

Yang benar adalah, dalam konteks hipnoterapi klinis, pikiran bawah sadar cenderung, tidak berarti selalu, menolak atau tidak menerima kata yang sifatnya negasi (tidak) saat seseorang dalam kondisi pikiran yang sangat rileks (deep trance). Jadi, pikiran bawah sadar tetap bisa menerima kata negasi.

Ini hanya salah satu contoh. Masih banyak lagi yang lain. Pemahaman yang kurang tepat mengenai pikiran bawah sadar juga adalah salah satu faktor utama penghambat sukses.

Ada lagi yang bertanya, “Pak Adi, apa bisa Bapak memprogram pikiran bawah sadar saya agar sukses?”.

Saya katakan bahwa yang paling efektif memprogram pikiran seseorang adalah dirinya sendiri. Saya bisa menunjukkan caranya namun ia yang harus melakukannya sendiri karena ia selalu bersama dirinya selama dua puluh empat jam sehari, tujuh hari seminggu. Untuk itu ia sebaiknya belajar dan mengenali cara kerja pikiran sadar dan bawah sadar, cara mudah masuk dan berkomunikasi dengan pikiran bawah sadar, cara efektif memasukkan program pikiran positif ke pikiran bawah sadar, mencari dan menemukan Bagian Diri yang menghambat serta tentunya mengatasi hambatan ini.

Dari pengalaman saya membantu klien dan juga dari kisah dan testimoni para alumni pelatihan Quantum Life Transformation tidak ada jalan pintas atau short cut yang lebih singkat lagi dari yang telah saya jelaskan.

Belajar dan mengenali diri sendiri, yang dilanjutkan dengan lebih mendekatkan diri dengan Sang Pencipta, bersikap ikhlas, sabar, dan pasrah adalah jalan pintas yang paling pintas dari segala jalan pintas yang ada. 

 

 

_PRINT   _SENDTOFRIEND

Upcoming Events
Counter
Online2
Hari ini808
Sepanjang masa34.523.550
1 Facebook
2 Youtube
3 Instagram
4 Quantum Morphic Field Relaxation
5 Asosiasi Hipnoterapi Klinis Indonesia
6 The Heart Technique